Sabtu, 12 Maret 2011

Rezeki sudah ada yang ngatur

Kalimat ini terdengar simple tapi faktanya kalimat ini begitu kompleks.
Ketika kalimat ini diucapkan pada 2 kondisi yang berbeda,akan berbeda pula pengaruh dan pembenarannya.
saya akan berkomentar bahwa kalimat ini salah,kalimat ini tidak benar,kalimat ini adalah pembodohan jika anda mengatakkannya dalam kondisi bersantai sambil mengepulkan asap rokok sementara istri anda teriak-teriak didapur karena berasnya habis.
Tapi sebaliknya..
Saya akan berkomentar bahwa kalimat ini benar,bahkan sangat amat benar jika anda mengatakkannya dalam kondisi seperti Bpk.Hanani (70th),seorang lansia yang mampu bertahan hidup di jakarta hanya dengan mengandalkan penghasilannya sebagai penjual papan cucian tradisional.Dengan usia yang sudah uzur,bahkan dengan katarak yang dideritanya sejak 20 tahun silam beliau masih mau mencari rezeki dengan cara halal.
Warga Pondok Pinang,Jaksel ini setiap harinya harus menempuh 1 jam perjalanan dengan berjalan kaki (sambil mendorong gerobak dan ditemnai isterinya) untuk menuju areal Pondok Indah dimana ia biasa berjualan.
Bayangkan,ditengah-tengah modernisasi yang sedang berkembang,ia hanya menjual papan cucian tradisional saja.
"pa,kan sudah banyak yang punya mesin cuci,ko bapak masih mau berjualan ini...?? apa nggak takut kalo nggak laku ??"
"ya takut,tapi kan de rezeki itu sudah ada yang ngatur."
subhannallah...sebuah nilai keprcayaan yang sangat tinggi dimata saya.
Sekarang mari kita tengok sebentar sudut pandang sang pembeli.
"mas ko beli ini (papan cucian),emang dirumah ga ada mesin cuci ?"
"ada mba,tapi saya kasihan sama bapaknya,lagian lebih bersih kalo dicuci pake tangan dulu."
Lihatlah...betapa adil Tuhan kepada mahluknya.sudah diatur sedemikian rupa rezeki Bpk.Hanani yang ternyata rezekinya juga datang dari kemurahan hati sang pembeli.
Sepenuhnya saya percaya bahwa "Rezeki sudah ada yang ngatur" dengan syarat kita sendiri yang harus percaya dan berusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar